Kamis, 10 Desember 2009

Masa Depan Dunia

Masa Depan Dunia

(Kajian Mahdiisme)

Terkait dengan masa depan dunia, diantara manusia terbagi menjadi dua kelompok besar. Sebagian pesimis dengan apa yang akan terjadi pada dunia, sementara sebagian memandang dunia dengan pandangan optimis. Sekelompok manusia optimis dan yakin bahwa dunia dan sejarah kemanusiaan sedang menuju masa keemasan dan akan berakhir kepada kesempurnaan serta kebahagiaan. Sementara yang lain pesimis dengan masa depan dunia, mereka meyakini bahwa dunia hari demi hari akan menuju kehancuran karena berbagai alasan.

Di sepanjang sejarah, dikalangan para filsuf dan sosiolog muncul kelompok yang terkenal dengan kelompok futurism, yaitu mereka yang optimis dengan masa depan dunia dan manusia. Mereka yang memiliki cita-cita, harapan serta mendambakan akan terwujudnya masa depan yang gemilang untuk umat manusia. Banyak diantara mereka yang memprediksi masa depan manusia dan menjelaskan harapan mereka dalam bentuk teori-teori.

Dikalangan filsuf, Plato adalah orang pertama yang melontarkan teori tentang negara ideal, dimana semua penduduknya tinggal dengan penuh kedamaian, ketenangan dan masing-masing menjalankan semua tugas dan kewajibannya. Setelah itu para pengikut jejak plato mulai melontarkan teori-teorinya. Di timur, Farabi dari filsuf Islam dengan bukunya ‘Al-Siasah Al-Madinah’ dan di barat Agustine dari filsuf Kristen dalam bukunya ‘Civitas Dei’. Keduanya mendapat ide dengan membaca buku-buku Plato dan keduanya ( seperti halnya Plato ) mencoba menjelaskan tentang masyarakat ideal dengan pemerintahan yang bersih, menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan kebebasan yang membawa kedamaian bagi manusia. Agustine dalam bukunya mengkisahkan tentang kota langit dan surga sebagai lawan dari kota bumi yang penuh dengan ketidak adilan. Sementara Farabi berbicara tentang sebuah masyarakat yang penuh dengan kebahagiaan yang diatur oleh tradisi dan undang-undang yang adil. Setelah itu kita bisa sebutkan nama-nama seperti Thomas More, chancellor dan penasehat kerajaan Inggris pada tahun 1516 atau Thomas Kompanella, seorang pendeta dari Italia dan masih banyak tokoh-tokoh lain yang setuju dan mendukung teori-teori Plato.

Walau Bertrand Russel menganggap faham Futurisme dan Madinah Fadilah hanya merupakan khayalan para ilmuan semata dan ia berpendapat bahwa negara seperti itu tidak ada wujudnya dan tidak akan pernah terwujud, akan tetapi ia meyakini bahwa tidak bisa dipungkiri, ternyata perkembangan manusia terpengaruh dengan ide-ide tersebut. Dalam bukunya ‘Pengaruh Ilmu Pengetahuan terhadap Masyarakat’ Russel menuliskan: “ Di jaman kita terjadi perkembangan masyarakat yang cukup pesat dan itu merupakan pengaruh dari inspirasi-inspirasi seperti madinah fadilah dan negara khayalan dimana hal itu mesti ada. Sumber-sumber penting yang memberi ilham terhadap perkembangan ini mesti kita kaji dan ungkap dasar-dasar logisnya “.

Akan tetapi satu hal yang tidak bisa dipungkiri oleh orang-orang seperti Russel, bahwa secara psikologis (fitrah) manusia mendambakan sebuah masyarakat ideal yang didasari oleh keadilan, kebebasan, keamanan dan mampu memenuhi kepuasan lahir serta bathin manusia. Semua ini merupakan harapan dari fitrah manusia, artinya cita-cita keadilan memiliki sumber hakiki dari fitrah dan akal manusia.

Kajian tentang masa depan dunia juga mendapat perhatian dari para sosiolog. Seperti seorang sosiolog bernama Alvin Toffler dalam bukunya ‘The Third Wave’ membagi perkembangan manusia kepada tiga tahapan; tahapan agrarian, tahapan industri dan tahapan supra-industri atau masa komputer. Ia berkeyakinan bahwa semua negara akan mengalami perkembangan dan kemajuan dengan melewati ketiga tahapan tersebut. Atau Samuel Huntington yang memperkirakan akan terjadinya perang antar budaya besar. Ia berkata bahwa di abad baru terdapat delapan peradaban dimana hanya tiga dari delapan tersebut merupakan peradaban inti dan mampu meraih kejayaan; peradaban islam, peradaban konfusius dan peradaban barat. Dimana peradaban islam dan peradaban konfusius akan berhadapan peradaban barat.

Dari kebanyakan pandapat dan teori yang diajukan oleh para Futuris, terdapat benang merah yang bisa diambill. Yaitu adanya penekanan akan pembentukan sebuah pemerintahan atau system dunia. Seperti yang diajukan oleh Victor Hugo dalam bukunya ‘Republique Mondaine’ pada abad ke 19. Bertrand Russel masih dalam bukunya mengusulkan adanya satu system yang berdasarkan ilmu, taktik serta ketaatan kepada satu undang-undang yang menyeluruh sebagai penyelesaian atas terjadinya pertentangan, perang dan kedhaliman. Fisikawan masyhur, Albert Einstein dengan nada optimis berkata bahwa tidak mustahil akan datang suatu hari dimana dunia akan diliputi oleh kedamaian, persahabatan dan manusia satu sama lain akan menjadi seperti saudara. Senada dengan mereka George Bernard Shaw seorang ilmuan inggris menanti seorang manusia super (superman ) yang bisa menegakkan kedamaian, keadilan dan hidup berdampingan tanpa ada kedhaliman.

Keyakinan para filsuf dan sosiolog tentang kemestian terwujudnya satu pemerintahan internasional sebagai penyelesaian atas masalah-masalah yang menimpa manusia, ternyata senada dengan apa yang disebutkan dalan ajaran agama-agama. Apa yang ‘dikhayalkan’, diharapkan bahkan diajukan dalam bentuk teori oleh para tokoh di luar agama berdasarkan akan akal dan fitrah mereka ternyata sejalan dengan apa yang diajarkan oleh agama-agama yang berdasarkan ajaran-ajaran wahyu serta teks-teks agama. Keselarasan antara akal dan wahyu dalam hal ini dimana para ilmuan mulai dari Plato sampai Einstein menjanjikan dan mendambakan terbentuknya sebuah pemerintahan internasional dengan nama-nama seperti ‘utopia’ (madinah fadhilah), ‘city of God’ (kota Tuhan)… dengan pimpinan seorang filsuf, sosilog atau seorang superman. Sementara teks-teks agama menyebutnya dengan nama seperti ‘pemerintahan Ilahi’ dengan pimpinan seorang manusia langit atau insan kamil seperti, Masih, Mashiah, Soshianse atau Mahdi.

Dari pendapat
Alvin Toffler dalam bukunya ‘The Third Wave’ yang mengatakan bahwa perkembangan manusia terbagi dalam tiga tahap yang salah satunya adalah tahapan supra-industri atau masa komputer, ternyata betul-betul terjadi.

Dewasa ini dunia telah memasuki masa/abad yang didominasi oleh teknologi yang canggih. Perkembangan teknologi yang berkembang sangat pesat tersebut pasti akan membawa dampak perubahan dalam kehidupan manusia, perubahan yang terjadi dapat membawa dampak yang baik dan juga dampak yang buruk.

Untuk dampak yang baik pastinya akan membawa pengaruh yang baik untuk masa depan dunia sebaliknya untuk dapat yang buruk akan membawa pengaruh yang buruk juga untuk masa depan dunia yang dipercaya oleh sebagian orang akan membawa kehancuran dunia.

Namun kita sebagai manusia yang diciptakan oleh-Nya, hendaknyalah kita tetap berserah diri pada kehendak-Nya, kita hanya bisa berdoa dan berdoa selain juga berusaha untuk menjaga tempat di mana kita hidup ini agar tetap bisa selaras dengan kehidupan yang ada diatasnnya.


Sumber :
1.
www.Islammuhammadi.com
2. http://www.mahdawiat.com/malayu/pages/news.php?nid=417


Tidak ada komentar:

Posting Komentar