Selasa, 05 Januari 2010

Ternyata, Panglima Itu Adalah Sebuah Kata

Untuk menjelaskan permasalahan di atas lebih dulu akan diulas pengertian tentang kata Panglima.

Kata Panglima sering sekali kita dengar untuk menyebut tokoh-tokoh pahlawan yang telah berjasa dalam memerdekakan bangsa Indonesia, seperti beberapa nama/tokoh yaitu: Panglima Besar Jenderal Sudirman, Panglima Cik Di Tiro, Jenderal Ahmad Yani, dan tokoh-tokoh lainnya. Nama-nama tersebut yang diberi gelar atau sebutan Panglima/Jenderal adalah orang-orang yang telah berjasa membuat bangsa ini menjadi bangsa yang merdeka, bebas dari segala penindasan dan bebas menentukan nasib bangsa ini sendiri.

Selain itu juga ada nama-nama lain yang tidak menggunakan sebutan Panglima/Jenderal seperti : R.A. Kartini, Budi Sutomo dan tokoh-tokoh lainnya. Mereka semua adalah pahlawan atau orang-orang yang telah berjasa dalam meningkatkan pendidikan di Indonesia, sehingga bangsa ini semakin lama semakin berkembang dan menjadi negara yang maju seperti negara-negara lain.

Dari uraian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Panglima adalah sebutan bagi orang-orang yang telah berjasa dalam hal tertentu.

Menurut Kamus Praktis Moderen Bahasa Indonesia, Panglima adalah hulubalang (raja) tentara, pasukan. Atau bisa juga dikatakan Panglima adalah pemimpin sebuah pasukan tentara.

Arti dalam Kamus Bahasa Indonesia di atas semakin menguatkan uraian yang telah diberikan di atas. Karena semua nama-nama yang diuraikan di atas adalah orang-orang yang juga memimpin sebuah pasukan. Seperti salah satu contohnya adalah: Panglima Besar Jenderal Sudirman adalah pemimpin pasukan gerilya pada masa penjajahan belanda.

Dalam kehidupan umat manusia Panglima dapat diartikan sebagai penguasa tertinggi, pemimpin tertinggi atau pencipta dari alam semesta ini yang biasa kita menyebutnya Tuhan, Allah, Tuhan Allah, Sang Maha Kuasa, Sang Pencipta, Sang Maha Segala, dan lain sebagainya. Hal ini juga diuraikan oleh Aristoteles bahwa: Tuhan adalah kesempurnaan tertinggi.

Selanjutnya, berikutnya akan diuraikan beberapa pendapat tentang Tuhan baik dari filosofis atau dari filsafat yang membicarakan tentang Tuhan.

Theodicea atau Theologia adalah filsafat yang membicarakan Tuhan dari segi pikiran (akal); untuk membedakannya dari pembicaraan Tuhan dari segi wahyu atau iman, yang pertama itu sering disebut teologi naturalis (membicarakan Tuhan dari segi akal).

Theodicea (teologi naturalis) membicarakan Tuhan. Apanya? Banyak. Apakah Tuhan itu ada? Bukti-buktinya apa? Sifatnya, susunannya, kemauannya, dan lain-lain. Kalau menurut Aristoteles bukti bahwa Tuhan itu ada adalah bahwa Tuhan itu penyebab gerak (cause of motion). Namun dari pertanyaan-pertanyan di atas secara umum muncul isme-isme berikut ini.

Teisme adalah paham yang menyatakan bahwa Tuhan ada. Deisme yang mengajarkan bahwa Tuhan menciptakan ala mini pada permulaannya. Setelah dicipta yang pertama itu, Tuhan membiarkan alam ini masing-masing berkembang atau berjalan sendiri. Jadi Deisme adalah variasi dari Teisme.

Monoteisme adalah teisme yang mengajarkan Tuhan itu Esa. Triniteisme mengajarkan Tuhan itu satu, tetapi beroknum tiga. Politeisme adalah paham teisme yang mengajarkan bahwa Tuhan itu banyak, yang masing-masing mempunyai tugas dan wewenang sendiri. Panteisme mengajarkan bahwa antara Tuhan dan alam tidak ada jarak; Tuhan itu ialah alam ini. Panenteisme mengajarkan Tuhan adalah kesadaran jagat raya. Paha mini tidak menyatukan Tuhan dengan alam.

Ateisme adalah isme yang mengajarkan bahwa Tuhan tidak ada. Namun bagi orang yang mengatakan bahwa Tuhan tidak ada karena ketidaktahuannya, orang tersebut tidak termasuk kedalam ateisme. Ada pula paham Agnotisisme. Paham ini adalah paham ke-Tuhanan yang terletak antara paham teisme dan paham ateisme. Mereka ber-Tuhan tidak dan tidak ber-Tuhan juga tidak.

Namun menurut Aristoteles Tuhan itu berhubungan dengan dirinya sendiri. Tuhan tidak berhubungan dengan (tidak mempedulikan) alam ini. Ia bukan personal. Ia tidak memperhatikan doa dan keinginan manusia. Dalam mencintai Tuhan, kita tidak usah mengharap bahwa Ia mencintai kita. Ia adalah kesempurnaan tertinggi dan kita harus mencontoh kesana perbuatan dan pikiran-pikiran kita.

Kesemua uraian di atas tentang filosofis dan paham yang membicarakan tentang Tuhan yang berkembang dengan pemikiran berdasarkan akal, namun percaya pada Tuhan. Jadi dapat dikatakan bahwa berdasarkan pemikiran manusia Tuhan itu ada, dan berdasarkan iman manusia percaya bahwa Tuhan ada.

Secara logika manusia Tuhan itu tidak nyata, karena tidak dapat dilihat rupa dan bentuknya, dan juga tidak dapat disentuh. Semua gambar dan ajaran-ajaran-Nya yang ada pada masa sekarang ini adalah hasil pemikiran dari manusia yang percaya akan keberadaan-Nya.

Jadi dengan kata lain Tuhan, Allah, Tuhan Allah, Sang Maha Kuasa, Sang Pencipta, Sang Maha Segala, dan lain sebagainya itu ada karena kepercayaan dan iman dari manusia itu sendiri.

Oleh karena itu Tuhan, Allah, Tuhan Allah, Sang Maha Kuasa, Sang Pencipta, Sang Maha Segala, dan lain sebagainya yang adalah juga Panglima hanyalah sebuah kata yang pastinya memberi arti tentang sesuatu.

Dari semua uraian di atas dapat dikatakan bahwa :

Panglima hanyalah sebuah kata. Kata yang adalah panglima adalah kata yang memiliki korelasi dengan fakta dan kata yang memiliki keselarasan dengan kata sebelumnya yang sering diartikan sebagai kebenaran logis. Persoalannya kemudian tergantung pada orang tersebut untuk menjatuhkan kepercayaan atau tidak pada kekuatan kata-kata kita.

Memang kata-kata yang rasional mengarah pada kebenaran, tetapi seberapa banyak kebenaran itu dintegrasikan sebagai bagian dari diri kita.

Sumber :

  1. Santoso, Elha. Kamus Praktis Moderen Bahasa Indonesia. Surabaya: Pustaka Dua.
  2. Tafsir, Ahmad, 2000. Filsafat Umum: Akal dan Hati sejak Thales sampa Capra. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar